Jumat, 13 Maret 2020

Cerpen 'Berani Melangkah Tinggalkan Salah'

Sarno merupakan seorang preman pasar yang kerap kali melancarkan aksinya bersama seorang temannya yang bernama Darman. 15 tahun sudah ia menggeluti profesi itu sebagai mata pencaharian utamanya. Suatu hari, terbesit sebuah keinginan di hatinya untuk berhenti sebagai preman pasar dan mencari pekerjaan yang halal.

“Man, kayanya udah saatnya kita berhenti berbuat seperti ini. Kita harus                berubah Man, cara kita mencari nafkah harus diganti dengan yang sesuai aturan.” Kata Sarno.

“Ah kalau aku sih udah nyaman seperti ini No, aku akan tetep jadi preman di Pasar ini. Tapi kalau emang kamu pengen berubah ya silahkan. Emangnya kamu mau jadi apa?”

“Karena nggak punya ijazah dan juga skill, ya paling pol paling jadi kuli panggul.”

“Ya terserah kamu sajalah, semoga kamu berhasil dengan profesi barumu.”

Sarno kini memilih bertaubat dari profesi lamanya, preman pasar. Ia kini menjadi seorang kuli panggul. Suatu hari, ada yang menawarinya bekerja sebagai security di sebuah apartemen mewah. Tentu kesempatan ini langsung diambil oleh Sarno karena gaji yang diterimanya pun lebih terjamin. Sejak saat itu Sarno tidak lagi beraktifitas di Pasar.

***

Musim penghujan kini telah datang. Kegiatan di Pasar pun sepi karena puluhan kios terendam banjir yang tak kurang dari 75 cm. Darman yang butuh uang untuk makan mulai kelabakan karena mangsanya belum juga berdatangan. 

“Dulu kalau lagi ada masalah apa-apa pasti aku sharing sama si Sarno. Tapi, entah dimana ia sekarang. Dulu katanya ia akan menjadi kuli panggul di Pasar, namun sudah 6 bulan ini rasanya aku belum pernah melihat batang hidungnya.” Celetuk Darman dalam hatinya.

Darman bingung karena hari ini pasar sedang sepi dan otomatis pemasukan uang palak premannya juga ikut menipis. Ia memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. 30 menit berjalan, ia menemukan sebuah apartemen mewah yang kebetulan tampak sepi. Tanpa berfikir panjang, ia berniat untuk mencuri harta di rumah tersebut dengan cara memanjat benteng. Sial memang, baru saja turun ke tanah Darman langsung disambut gonggongan anjing penjaga. Sontak gonggongan anjing itu membuat security keluar dari posnya.

“Hey, siapa itu?” Kata security yang tak lain adalah Sarno.

Sarno langsung mengejar maling yang mencoba kabur. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran, sampai akhirnya maling itu berhasil dibekuk oleh Sarno. Setelah tertangkap, maling itu hanya diam tak berkutik. Melihat wajahnya, Sarno sungguh kaget luar biasa.

“Darman, apa yang kamu lakukan? Kenapa sekarang kamu berubah menjadi maling? Ya sudah sekarang ayo ikut aku.” Kata Sarno.

Darman dibawa ke pos security tempat Sarno bertugas. Dengan ditemani 2 gelas kopi hitam, Darman mulai berbincang dengan sahabat lamanya, Sarno.

“No, sebenarnya aku sudah capek seperti ini terus. Malakin orang, kejar-kejaran sama polisi dan akhirnya keluar masuk bui. Terus dan terus seperti itu. Aku ingin mencari pekerjaan halal sepertimu. Dari jalan hidupmu aku belajar bahwa kita harus berani melangkah untuk meninggalkan salah. Apa kamu bisa membantu No?” Tanya Darman.

“Syukurlah kalau kamu sudah punya fikiran seperti itu. Sebenarnya disini juga ada lowongan. Pak Bos sedang mencari seorang tukang kebun untuk merawat taman. Apa kamu bersedia untuk menerimanya?”

“Serius kamu No? Ya udah No bantu aku jadi pegawai disini. Nggak apa lah jadi tukang kebun juga. Yang penting rezeki yang kita dapat halal. Iya kan?”

Setelah dibantu Sarno, akhirnya Darman dapat bekerja menjadi tukang kebun di apartemen tersebut. Keduanya kini tampak menjalani hidup yang lebih bahagia karena mereka dapat menghidupi keluarganya dari rezeki yang halal. Dan yang terpenting, persahabatan keduanya dapat terjalin kembali.

Penulis : Acep Ridwan Maulana

Senin, 27 Januari 2020

Cara mengubah rasa menjadi devisa


Dinamika kaula muda memang tak pernah ada habisnya. Masa- masa SMA sampai bangku kuliah merupakan masa yang menghasilkan berjuta kisah. Ada suka, ada duka dan berbagai rasa yang tersaji dalam kehidupan para remaja. Tak jarang, rasa yang dialami para remaja sangat mempengaruhi perilakunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak sulit kita menemukan berita-berita di internet, media cetak maupun media elektronik yang mengabarkan terjadinya bunuh diri yang dilakukan remaja hanya karena motif cinta. Kita juga tahu, bahwa secara psikologis para remaja akan berada dalam titik top up semangat ketika merasa rasa cintanya tersalurkan. Tentu naik turunnya fluktuasi semangat para remaja merupakan hal yang lumrah mengingat memang kapasitas daya fikir yang masih labil.

Tak salah memang jika para remaja mengekspresikan seluruh rasa di hatinya dengan cara yang mereka sukai. Namun, alangkah lebih baik jika potensi ini dimaksimalkan menjadi pundi-pundi rupiah yang juga bisa menjadi tambahan uang saku sebagai bekal di kampus atau sekolah. Bagaimana caranya? Tentu banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalisasi potensi ini dan dirubah menjadi tambahan bekal.

1. Menjadi kontributor situs kepenulisan online
Dewasa ini ada banyak situs berita yang memberikan akses menulis kepada para pembacanya. Sebut saja Detik.com dan beragam situs lain. Kita bisa menyajikan rasa cinta, empati, bahkan benci baik kepada orang di sekitar kita, artis, tokoh politik dan orang-orang penting lain dalam bentuk tulisan. Situs kepenulisan itu sendiri sedikitnya terbagi 2 bagian dalam cara memberi benefit kepada para penulis. Pertama, ada yang memakai cara seleksi kemudian pemberian poin atau hadiah langsung kepada kontributor yang terpilih. Ada juga yang tidak memakai sistem seleksi (semua karya bisa masuk) dan perolehan benefit sesuai jumlah view dan komen para pembaca.

2. Menerbitkan karya sendiri
Tak sedikit para remaja yang sering menumpahkan perasaannya lewat karya yang ditulis dalam bentuk puisi, cerpen, novel, maupun karya fiksi lainnya. Tentu menjadi kemubadziran tersendiri jika karya-karya ini dibiarkan begitu saja. Kita bisa mengumpulkan karya karya kita menjadi sebuah buku yang tentu memiliki nilai jual jika diterbitkan. Timbul pertanyaan darimana kita bisa mengajukan penerbitan karya kita? Tentu kita tak perlu bingung dalam mencari penerbit. Jika kita malas untuk mencari penerbit konvensional, kita bisa mencari para penerbit online yang biasa mempromosikan jasa penerbitannya lewat media sosial. 

Terakhir, sebagai generasi muda yang hidup di era revolusi industri 4.0, kita harus secermat mungkin memanfaatkan peluang menjadi uang. Untuk para kaula muda, teruslah berkarya dan jangan lewatkan masa mudamu tanpa diisi oleh hal-hal yang bermanfaat.